Serang - Berkurban atau menyembelih hewan kurban di momen idul adha sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mensyukuri begitu agung nikmat-Nya. Selain itu juga merupakan refleksi atas catatan sejarah perjalanan kebajikan untuk mengenang perjuangan keimanan dan kemanusiaan keluarga besar Nabi Ibrahim As.
Begitu mulianya Bulan Dzulhijjah, dimana setiap 10 Dzulhijjah umat muslim di seluruh dunia berada ditengah waktu sejarah perjalanan keluarga pilihan yakni Nabi Ibrahim As. Keagungan pesan sejarah yang ditorehkannya telah diabadikan oleh Allah SWT sebagai hari berkurban alias idul adha.
Pengorbanan besar di bulan Dzulhijjah yang disampaikan Ustad Firman dalam Kajian "Kamis Taqwa", di Mesjid An-Nafi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Banten, Kamis ( 22/06/2023).
Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS) bersedia mengorbankan putranya Ismail sebagai wujud kepatuhan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
Sebelum Nabi Ibrahim AS mengorbankan putranya, Allah SWT menggantikan Ismail dengan domba. Untuk memperingati kejadian ini, hewan ternak disembelih sebagai kurban setiap tahun bagi ummat Islam, ujar Ustad Firman.
Lebih lanjut Ustad menyampaikan pada hari Idul Adha, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Id bersama-sama di tanah lapang atau di masjid. Setelah salat, penyembelihan hewan kurban dilaksanakan. Sepertiga daging hewan dikonsumsi oleh keluarga yang berkurban, sementara sisanya disedekahkan atau dibagikan kepada orang lain.
Peristiwa kerelaan dan ketulusan berkurban oleh keluarga Ibrahim menjadi pelajaran agung bagi semesta bahwa untuk meraih kemuliaan maka dibutuhkan pengorbanan. Berkurban bukan terletak pada besar kecilnya barang atau sesuatu yang dikurbankan, tetapi nilai kecintaan terhadap Rasul Allah.Semoga kita termasuk hamba Allah SWT yang memperoleh kenikmatan agung. Tidak hanya sekedar pengorbanan kita diterima, tetapi akan selalu berada di dalam cinta kasih Allah SWT di dunia dan akhirat, terangnya. (Humas Kemenkumham Banten)